Terbaru - Beratnya Tugas Dan Tanggung Jawab Seorang Guru Sekarang Ini

Pendidikan memiliki peranan yang penting bagi pembangunan suatu bangsa. Tujuan pendidikan adalah mencetak abjad manusia yang berkualitas dan berbudi luhur di negara ini. Guru sebagai komponen sentral pendidikan mempunyai tugas yang maha berat dalam menjalankan tugasnya. Tugas guru tidak hanya sebatas mentransformasikan kemampuan akademik yang sudah didapatkan kepada anak didiknya, namun guru juga harus membentuk huruf langsung anak didik yang berbudi luhur sesuai dengan cita- cita negara kita.

sumber gambar : www.tribunnews.com

Tugas guru meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan dan bidang kemasyarakatan. Tugas profesi mencakup mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti menyebarkan nilai-nilai hidup dalam kehidupan. Mengajar berarti meneruskan dan menyebarkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti menumbuhkembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa- siswanya.

Akhir- akhir ini  santer terdengar di pendengaran kita melalui media massa maupun media umum ihwal keadaan yang semakin lama semakin memprihatinkan bagi dunia kependidikan kita khususnya guru. Tidak sedikit masalah yang membelit guru bahkan sampai maju ke ranah aturan balasan tindakan mendisiplinkan siswa yang mungkin saja kurang bisa diterima oleh orang bau tanah atau wali murid. 

Berita yang terbaru tamat- final ini yaitu wacana seorang guru yang dipenjara gara- gara memotong rambut siswa didiknya. Sebelumnya bahkan ada seorang guru yang dipenjara tanggapan mencubit siswanya. Memang sebuah keadaan yang sangat miris  jika melihat kenyataan yang terjadi menimpa guru- guru kita kini ini. Tujuan mendisiplinkan bagi siswa yang kadang- kadang dianggap salah oleh sebagian besar orang renta. 

Bila dibandingkan dengan masa yang lalu ketika kita masih sekolah, pendidikan begitu berhasil mencetak karakter siswa yang besar lengan berkuasa dan bertanggung jawab. Padahal jika dilihat sistem pendidikan di masa yang kemudian, nilai kedisiplinan begitu ditegakkan. 

Sebagai teladan situasi pendidikan di masa lalu kalau kita tidak bisa menghafalkan perkalian atau penjumlahan maka kita akan menerima hukuman contohnya berdiri di depan kelas sampai pelajaran berakhir atau pada investigasi terpola  jika kuku kita panjang, maka guru akan memukul menggunakan penggaris pada tangan kita yang kukunya panjang dan guru akan memotong rambut kita yang tidak sesuai dengan tatanan dan aturan yang berlaku. Bila kita melaporkan pada orang renta, maka orang bau tanah niscaya akan juga memarahi kita sebab memang kita yang bersalah. Kadang- kadang kita berfikir seolah-olah saat kini ini, itulah pendidikan bahu-membahu, tanpa ada suatu paksaan dan aturan yang mengikat mungkin saja kita tidak bisa menjadi karakter mirip sekarang ini.

Memang benar sih  bahwa apapun bentuknya, bumbu kekerasan dalam pendidikan tidak dibenarkan. Namun bila melihat kenyataan kini ini, pertanyaannya apakah seorang guru pantas dipenjara gara- gara memotong rambut siswanya yang tidak sesuai dengan tata aturan atau pantaskah dipenjara gara- gara mencubit siswa alasannya adalah yang bersangkutan tidak mau salat. Seorang guru pastinya melakukan hal- hal diatas dalam tujuan yang baik yaitu mendisiplinkan siswanya. Namun, pandangan dan pemahaman yang berbeda dalam menilai kondisi yang terjadi tanpa melihat keseluruhan dilema menimbulkan guru sebagai pihak yang tersudut.

Bila guru menjadi satu- satunya tumpuan dalam dunia pendidikan, mencetak generasi yang berbudi luhur, berkarakter sesuai dengan cita- cita nasional, bagaimanakah peran sentral orang renta juga yang juga harus mengawasi anak- anaknya selama diluar sekolah. Bagaimana peran pemerintah yang membuat regulasi dalam sistem pendidikan dan lingkungan?

Sekarang ini juga tidak sedikit siswa yang kurang menyadari bahwa apa yang dilakukannya itu melanggar aturan atau melanggar kesopanan. Banyaknya masalah siswa yang merokok, tawuran, minuman keras, sex bebas, kriminalitas yang melibatkan anak- anak dibawah umur. Lantas tanggungjawab siapakah hal itu? apakah juga guru yang harus bertanggungjawab? Padahal guru hanya bertanggungjawab menanamkan nilai- nilai huruf pendidikan dan moral yang rata- rata delapan jam sehari. Haruskah guru membiarkan segala sikap siswa yang kurang sesuai di kelas tanpa memperhatikan perbaikan karakter anak didiknya?

Oleh karena itu, dengan banyaknya kasus yang terjadi melibatkan guru, seharusnya pemerintah memberikan suatu perlindungan bagi guru agar tidak terjadi lagi guru "dipenjara" saat  menjalankan tugasnya. Seyogyanya kasus yang membelit rekan guru kita tersebut diatas menjadi kasus terakhir yang terjadi. Tanggung jawab pendidikan karakter bukan hanya ada di pundak guru saja, namun pemerintah, orang tua dan lingkungan juga harus berperan aktif sebagai stakeholder dalam dunia pendidikan. 

Selain itu banyaknya kasus yang membelit guru sekarang ini seharusnya menjadi evaluasi bagi pihak penegak aturan agar melihat perspektif persoalan secara menyeluruh. 

Semoga saja goresan pena ini bermanfaat untuk kemajuan pendidikan di Indonesia. Mohon maaf  jikalau ada kekurangan. Salam sukses untuk guru di Indonesia dalam memajukan pendidikan.

Bagikan Artikel ini