Terbaru - 7 Alasan Sekolah Tidak Penting Lagi


Artikel berikut berisi tentang bagaimana wajah pendidikan di Indonesia, khususnya sekolah yang menjadi tempat transfer nilai (transfer of value) dan ilmu (transfer of knowledge) bagi peserta didiknya

Anda boleh setuju boleh tidak dengan judul di atas, namun saya menyarankan anda untuk membacanya hingga selesai, sebab ada beberapa hal di dalam goresan pena ini yang merupakan fakta yang terjadi di lapangan

Tujuan dari tulisan ini direkomendasikan untuk anda para orang renta, Juga bagi para guru dan calon guru sebagai pendidik, dan yang terpenting bagi pemerintah untuk memperbaiki tata kelola sistem pendidikan di tanah air

Dalam paparan saya di bawah ini saya tidak menyampaikan semua sekolah alasannya ialah banyak sekolah yang manis, banyak sekolah yang menerapkan pola pembelajaran yang sesuai kebutuhan peserta didiknya
Baiklah, berikut saya akan paparkan mengapa sekolah itu tidak penting ;


1. Sekolah menjadi tempat mengubur talenta dan minat


Saat membaca poin nomor satu di atas tentunya sudah banyak yang protes dalam hati mengenai isi goresan pena ini, yah itu hak anda mau setuju atau tidak

Namun sebelum anda protes silakan dibaca baik-baik supaya lebih paham

Sebelumnya saya ingin bertanya, mengingat kembali, ataupun ada salah satu diantara pembaca kita yang berprofesi sebagai guru

Pertanyaannya yaitu, Berapakah jumlah mata pelajaran di sekolah baik SD, SMP, dan Sekolah Menengan Atas ?

Oke oke, pertanyaan tersebut membuat saya harus membuka kembali rapor waktu sekolah dulu

Berikut data yang diperoleh

Sekolah Dasar = 11 Mata pelajaran, SMP = 12 Mata pelajaran, dan Sekolah Menengan Atas kelas 1 sebanyak 17 mata pelajaran, Sekolah Menengan Atas kelas 2 dan 3 sebanyak 15 mata pelajaran (alasannya ialah dikala naik kelas 2, siswa telah di bagi berdasarkan jurusan yang dipilih)

Kemudian mari kita jelaskan hubungannya dengan talenta dan minat siswa

Sejak kecil, dikala kita sekolah mulai di bangku sekolah dasar, tentunya kita memiliki pelajaran favorit, pelajaran yang paling kita senangi, pelajaran yang membuat kita menunggu hari kapan pelajaran tersebut diajarkan kembali

Mungkin anda sudah lupa, lantaran dikala itu anda masih kecil, buang ingus aja susah, hahaha..
Namun guru anda tahu persis bahwa siswa si A suka degan matematika, si B suka olahraga, si C suka seni, si D suka Ilmu pengetahuan alam dan seterusnya, seorang guru tentunya sangat paham pelajaran yang menjadi kelebihan dan kekurangan siswanya

Orang tua anda saat itu juga tentunya mengetahui mana kelemahan dan kelebihan anda, pelajaran mana yang nilainya tinggi dan pelajaran mana dengan nilai rendah, dengan melihat rapor anda

Kemudian ……

Apa yang dilakukan oleh orang tua dan guru anda dikala itu ? yes… jawaban anda benar, mereka bersepakat menawarkan perhatian khusus pada mata pelajaran yang anda lemah di dalamnya

Ikut kursus, belajar khusus atau tugas komplemen diberikan oleh guru untuk dikerjakan di rumah menjadi solusinya

Itu hal yang masuk akal, dan itulah budaya yang sampai kini masih banyak dipakai oleh guru dan orang bau tanah dikala ini

Apa yang kemudian menjadi permasalah ?

Tahukah anda bahwa setiap anak, setiap individu memiliki kecerdasannya sendiri- sendiri ?

Jika belum tahu, silakan anda baca 9 kecerdasan majemuk yang dimiliki manusia yang telah dicetuskan oleh seorang professor dan psikolog dari universitas Harvard, adalah Howard Gardner pada tahun 1983 dalam bukunya yang berjudul Frame of mind : The Theory of Multiple Intelligence

Seorang anak memiliki kecerdasannya masing- masing, bahkan dalam masalah tertentu seakan-akan anak yang mengalami Disleksia, idiot bahkan autis, mareka ialah anak yang mempunyai kecerdasannya sendiri

Pasti anda sering melihat anak dengan buku tulis pada belahan belakangnya penuh gambar-gambar, atau ada anak yang suka menulis-nulis puisi atau dongeng di buku mereka, ada anak yang suka menyanyi, menyukai nada dengan memukul-mukul meja, atau bahkan senang memasak di rumah

Namun yang terjadi di sekolah kita sampai hari ini yaitu semua siswa diratakan dalam hal pemberian pelayanan pengajaran, cetakannya harus sama, output nya harus sama, padahal kemampuan siswa berbeda-beda

Siswa yang pandai matematika dipaksa untuk menguasai Bahasa Indonesia, siswa yang cerdas pada mata pelajaran IPA harus juga kompeten pada mata pelajaran Seni, yang pada pada dasarnya semua siswa harus bisa di semua mata pelajaran. Waaaw……. luar biasa


Ilustrasi : bagi seluruh binatang yang hadir, pelajaran kita hari ini yaitu memanjat pohon !

Coba bayangkan jika cara mengajar guru menyerupai gambar di atas ! huruf, bakat dan minat yang berbeda dipaksakan sama dengan yang lainnya

Anda adalah orang abnormal jikalau bisa menguasai seluruh mata pelajaran dengan sempurna

Sampai sekarang saya belum mengerti, siswa yang sanggup semuanya itu bagaimana modelnya ?

Saya ingin menanyakan suatu hal yang tentunya akan menciptakan mindset anda berubah dengan pertanyaan ini, pertanyaannya yaitu…

Apakah ada olimpiade siswa atau sejenis lomba yang diadakan untuk siswa pandai ?
Oke ada, jawabannya yakni OSN (untuk IPA dan Matematika), O2SN (untuk berbagai jenis olahraga), FLS2N (untuk bermacam-macam jenis kesenian), FLSN (literasi) dan sebagainya

Uniknya yakni dalam olimpiade tersebut, 1 siswa hanya bisa mengikuti 1 mata pelajaran dalam lomba, misal siswa si A ikut lomba matematika, si B ikut lomba IPA

Saya ingin menantang pemerintah supaya menciptakan program olimpiade siswa cerdas, aturannya sederhana deh, setiap siswa mengikuti semua lomba dan semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah ! hahaha

Anda tak akan menemukan hal itu, sebab semua orang yakin bahwa tidak ada satupun orang yang mampu di semua bidang, rugi melaksanakan jadwal menyerupai itu, tidak ada gunanya mengadakan lomba untuk semua mata pelajaran, yang pada ujungnya akan di dapatkan hasil prestasi yang menonjol pada setiap siswa di bidang tertentu

Pemerintah tahu, makanya dibuatlah lomba untuk mengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan spesifik

Lalu mengapa siswa dipaksa mengetahui semua pelajaran ? mengapa tidak hanya talenta mereka yang diajarkan semenjak kecil semoga menjadi professional ?

Percaya atau tidak dengan menguasai seluruh mata pelajaran yang ada di sekolah, maka akan membuat talenta dan minat siswa pada pelajaran tertentu secara perlahan- lahan akan terkubur, kemampuannya yang sangat menonjol, kesannya hilang begitu saja tanggapan sibuk mempelajari hal-hal lain yang sesungguhnya mereka tidak sukai.

Hal itu mungkin terjadi pada diri anda, pernah mempunyai bakat, lalu kemudian terpendam, atau mungkin anda sudah lupa bakat apa yang anda miliki sekarang, iyya kan ?

Apa salahnya ketika anak kita yang jago matematika diberikan les matematika,

Apakah anak akan keberatan ? NO, sama sekali tidak, bahkan mereka sangat bahagia, sehingga anak tersebut tidak merasa bahwa dirinya sedang belajar matematika.

Bayangkan hal itu terjadi dalam hidup kita, kita mencar ilmu dan kita bekerja seolah- olah kita tidak sedang melakukannya, seolah kita hanya melaksanakan hobi kita setiap saat, kita akan enjoy

Dibandingkan ketika anak yang jago seni, dipaksa, diberikan les matematika

Apakah anak itu senang ? NO, ia akan stress, setiap les yang di ikuti akan menjadi beban dalam hidupnya, karena matematika bukanlah passion nya, bukan sesuatu yang dia inginkan untuk diketahui

Apa salahnya anak diberikan les tari, bergabung ke dalam sanggar seni, biarkan anak menggali potensinya di sana, suatu dikala ia akan menjadi hebat di bidangnya, menjadi mentor tari dan instruktur tari professional di masa depan, dengan begitu anak akan lebih gampang sukses dalam hidupnya

Karena pemikiran sebagian orang tua kita masih sempit, masih menganggap bahwa satu- satunya kesuksesan seseorang ketika di sekolah nilainya harus anggun semua, lulus sekolah kemudian kuliah sesuai harapan orang renta, alasannya tidak diterima di universitas yang menjadi pilihan pertama kesannya kuliah pada pilihan ke dua

Missalnya mendaftar di kampus A dengan jurusan Kedokteran, tidak diterima. Namun di kampus B beliau diterima di jurusan Akuntan.

Akhirnya anda kuliah hanya alasannya kampus tersebut menawarkan anda tempat untuk mencar ilmu, belajar yang bukan merupakan gaya anda, bukan hal yang anda senangi semenjak awal

Apa yang terjadi ? bisa jadi anda berhenti sebelum selesai, atau lulus tidak dengan nilai bagus, atau bahkan setelah lulus anda bingung mau kerja apa ?

Pada akibatnya anda bekerja bukan pada jurusan yang anda geluti ketika kuliah
Itulah alasan mengapa saya menyampaikan bahwa sekolah merupakan tempat mengubur talenta dan minat siswa pada mata pelajaran tertentu, sebab banyaknya mata pelajaran yang harus dikuasai dan semuanya harus bernilai anggun.

Kalau nilainya jelek ? anda tidak lulus, anda dianggap gagal, kolot, nakal dan sebagainya


2. UN dapat menelan korban


Waaaaaw,,, isu di atas niscaya menciptakan anda tercengang bukan,,,

Sejak tahun 2020 telah tercatat 11 siswa yang meninggal dunia alasannya ujian Nasional, 8 alasannya bunuh diri, dan 3 diantaranya stress hingga sakit keras kesannya meninggal

Hal tersebut tak ada bedanya dengan perkara pembullyan hingga orang meninggal, atau masalah perpeloncohan yang menelan korban, kita melawan dan pemerintah juga melawan hal tersebut, tapi ternyata UN menciptakan banyak siswa menjadi stress bahkan ada yang bunuh diri… aneh kan…

Yang menjadi masalah ialah tidak banyak orang tua yang bisa untuk memanage stress anak mereka, alih- alih menenangkan, justru sebab tuntutan orang tualah yang menciptakan mereka jadi stress, takut di marahi jikalau nilainya buruk

Tuntutan harus lulus UN itu sungguh menyeramkan bagi sebagian besar siswa

Oke,,, kita pahami bahwa UN penting untuk mengukur standarisasi pendidikan secara Nasional

Yang menjadi pertanyaan yakni, apakah semua sekolah kita sudah memenuhi standar ? TIDAK

Apakah dari segi fasilitas sekolah, kualitas guru dan gaji guru semua merata sesuai standar dari sabang hingga merauke ? TIDAK sama sekali, dan pemerintah menginginkan standarisasi

Lalu UN diberikan kepada siswa di sekolah pedesaan yang fasilitasnya minim, gaji gurunya tidak cukup untuk kebutuhan hidup, bisa hancur hasil ujian siswa

Apa solusi yang bisa dilakukan ? alhasil guru menawarkan bocoran soal, bocoran kunci jawaban, siswa diajar tidak jujur sejak kecil, demi apa ? demi citra sekolah, demi pengesahan yang harus dipertahankan

Sekarang begini saja deh, kita tes berikan soal ujian kepada guru kimia untuk mengerjakan soal Bahasa ! atau guru matematika mengerjakan soal geografi ! saya yakin pasti guru tersebut tidak bisa mengerjakan dengan baik, sebab pada dasarnya tidak ada orang yang tepat untuk semua hal

Jika guru saja tidak bisa, mengapa hal tersebut dibebankan kepada siswa ? satu guru hanya menguasai satu mata pelajaran (kecuali guru SD alasannya pelajarannya hanya dasar, itupun tidak semua pelajaran yang ada di Sekolah Dasar dapat diajarkan), sedangkan siswa dituntut sanggup untuk semua mata pelajaran, aneh kan ???

Sehingga yang diajarkan di sekolah pada dasarnya hanya satu. Guru Matematika ingin siswanya jadi guru matematika, guru bahasa ingin siswa menjadi guru bahasa, begitupula dengan pelajaran lainnya

Belum lagi ada yang namanya ATURAN BAYANGAN di sekolah

Saya tidak tahu dari mana asalnya dan siapa yang mencetuskan dan menyepakati aturan tersebut. Tapi ini positif dan terbukti ada

Aturan bayangan menyatakan bahwa pelajaran matematika itu lebih penting dari pelajaran sejarah.

Betul kan ? coba bayangkan ! niscaya ketika anda sekolah yang namanya mencar ilmu matematika gurunya lebih menyeramkan dibanding guru sejarah, pelajarannya pun begitu

Sejarah lebih penting dibandingkan pelajaran bahasa asing, bahasa asing lebih penting dari pelajaran seni, seolah ada prioritas pelajaran paling penting di sekolah tanpa melihat aksara anak. Itu inti aturan bayangan

Saya tidak akan menyalahkan guru, sebab guru hanya menjalankan sistem sekolah yang telah diatur dalam undang-undang

Kembali ke UN

Akhir- simpulan ini soal UN telah di buat berdasarkan Zona tempat sekolah masing-masing, namanya pun berganti dari UN menjadi USBN

Sebagian dibentuk di pusat dan sebagian lagi soal USBN di ramu di MGMP masing- masing

Namun tetap saja sama, meskipun bukan merupakan penentu kelulusan, USBN tetaplah menjadi beban bagi para siswa jika tidak lulus

Berapa banyak anak yang stress, berapa banyak anak yang sakit sakin UN

Seolah masa depan dan kesuksesan mereka ditentukan oleh selembar kertas berisi nilai- nilai

Einstein menyampaikan bahwa masa depan anda tidak dipengaruhi dan tidak ditentukan oleh selembar kertas

Jadi buat para orang tua, agar jangan memarahi anak anda jika nilai mereka jelek, percayalah itu hanya tes. Just a tes. Tidak ada hubungannya dengan kesuksesan masa depan


3. Pelajaran di sekolah tidak dibutuhkan di masa depan


saya tidak akan mengatakan semua pelajaran, tapi... banyak pelajaran di sekolah yang tidak dibutuhkan oleh siswa bagi masa depan mereka

seperti misalnya, apakah mempelajari hewan memamahbiak sejak SD berguna bagi masa depan anda ? yes of course, tentu saja

Jika memang pekerjaan anda nantinya bekerjasama dengan hal tersebut, tapi itu pelajaran di kuliah bukan di SD

Bagaimana jikalau hobi anda ialah menggambar, kemudian menjadi hebat arsitektur kelas dunia di masa depan ? tidak ada gunanya mempelajari dan menghapalkan nama-nama binatang tersebut

Dan begitu banyak lagi pelajaran-pelajaran di sekolah yang kita pada hari ini, pada ketika ini tidak membutuhkan pengetahuan tersebut, hanya membuang-buang waktu sekolah terlalu lama

Betapa banyak orang yang sukses ketika kita tanya, pelajaran apa saja di sekolah yang mereka gunakan agar sukses seolah-olah saat ini ? jawabannya pasti lupa atau bahkan tidak ada

Coba kembalikan pada diri anda, pelajaran sekolah yang mana berkhasiat untuk anda saat ini ?

Dan sesudah kita dewasa, akhirnya kita tersadar bahwa tidak membutuhkan semua pengetahuan tersebut di masa depan, kita akan mengajar dan beerja sesuai keahlian kita masing-masing

Makanya jangan heran kalau ada S1 ilmu Hukum sukses menjadi sopir grab, S1 ilmu keguruan sukses menjadi pegawai bank, magister kesehatan menjadi pimpinan di lembaga keguruan. Ini fakta dan baaanyak sekali terjadi

Berpindah-pindah bidang keahlian hanya lantaran di sana ada lowongan sudah menjadi lumrah, ilmu di sekolah tak lagi diterapkan, semua hal gres kembali harus dipelajari secara otodidak, so,,, apa gunanya sekolah ?

Memang ada beberapa kemampuan dasar yang berguna, ibarat sanggup membaca, menulis dan menghitung yang berguna untuk masa depan anda, meskipun hal tersebut bisa dipelajari tanpa sekolah bukan ?

Kaprikornus untuk apa kita belajar hingga Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengan Atas mempelajari semua mata pelajaran dan harus menguasai seluruhnya bila memang hanya sebagian kecil yang kita butuhkan untuk masa depan

Hanya membuang-buang waktu

Disekolah kita diajar untuk teratur dan mau diatur, padahal dalam kehidupan konkret tidak seolah-olah itu, 1 + 1 = belum tentu hasilnya 2, bagaimana bila ditupu, bagaimana jikalau mengalami kerugian ? sekolah tidak pernah mengajarkan ha tersebut

Waktu 6 tahun mencar ilmu di SMP dan SMA bisa anak gunakan untuk mempelajari dan mendalami hal yang memang menjadi bakat mereka semenjak SD

Kaprikornus peran guru SD harusnya bisa menawarkan catatan perihal prestasi yang menonjol pada diri anak selama dia berguru di sekolah dasar

Setelah lulus SD harusnya siswa disebar ke beberapa sekolah khusus (bukan sekolah umum mirip saat ini) untuk mendalami lebih jauh prestasi yang menonjol dikala SD

SMP harusnya dibanyakin, dibuat khusus untuk melatihkan kemampuan tertentu pada siswa, semoga kelak mereka menjadi jago, bukan jadi buruh, jadi staff, jadi karyawan atau pekerjaan yang tidak spesifik membutuhkan keahlian tertentu


4. Anak tidak suka berada di sekolah


Mengapa ada anak badung di sekolah ?

Mengapa bila diberikan libur sehari, anak akan berseru senang ?

Mengapa ketika mengetahui ada tanggal merah anak akan bahagia ?

Mengapa ada siswa yang membolos ?

Jawabannya sama, lantaran anak tidak suka berada di sekolah

Yes, bukan rahasia lagi, hal itupun niscaya pernah terjadi dalam hidup anda bukan ?

Jika ada rapat guru atau ada guru yang berhalangan masuk, niscaya anda akan bahagia, lantaran cepat pulang atau bahkan tidak berguru

Mengapa itu terjadi ? alasannya sekolah tidak lagi menjadi tempat yang menyenangkan, siswa merasa kecerdasan mereka tidak tersalurkan di sekolah

Perasaan takut mulai menghantui sejak memasuki gerbang sekolah, pelajaran yang tidak disenangi, PR yang menumpuk, hingga hukuman jikalau siswa salah atau melanggar menjadi momok menakutkan

Coba suruh anak kita ke tempat game, pergi berenang atau melakukan hobi mereka, maka anda harus memanggilnya supaya mereka tersadar untuk pulang ke rumah

Apa kata orang bau tanah kita ? kau mau jadi apa kalau taunya hanya main game, berenang atau balap-balapan sepeda keliling kampung ?

Orang bau tanah jangan salah, honor seorang gamer professional kini berapa ? puluhan hingga ratusan juta rupiah, belum lagi kalau jadi atlet renang dan balap sepeda yang dapat mengharumkan nama Bangsa.

Sekarang mari kita kembalikan pada definisi sekolah yang sesungguhnya !

Kata sekolah sendiri berasal dari bahasa latin yaitu skhole, scola, scholae. secara harfiah berarti “waktu luang” atau “waktu senggang”.

Makara dahulu kala masyarakat Yunani menggunakan sela waktu bekerja mereka untuk sekolah, mendiskusikan hal-hal yang penting untuk diketahui

Ingat yah,,, waktu senggang, namun anehnya sekolah sekarang bermetamorfosis menjadi hal pokok dalam kehidupan anak, 1x24 jam ingatannya hanya seputar sekolah, sehingga tidak sempat mempelajari hal lain yang merupakan hobi mereka

Belum lagi beberapa orang bau tanah yang buru-buru memasukkan anaknya di sekolah, belum sampaumur tapi yaaaah biarlah dia ikut-ikut mencar ilmu saja meskipun belum terdaftar, lebih cepat berguru, lebih cepat pandai, lebih cepat sukses. Begitu pikir orang renta

Percayalah bahwa anak tidak senang ke sekolah, mereka terlihat riang hanya alasannya ialah melihat disana banyak sobat sebayanya, untuk bermain, sekali lagi bukan untuk belajar


5. Sekolah ketinggalam zaman


Anggaplah bila ketika ini anda mulai masuk sekolah Sekolah Dasar, maka sekitar 16 tahun umur anda gunakan untuk sampai sarjana, maka usia anda ketika itu ialah 22 tahun (hitungan normal).

Dari semenjak SD tahu tidak bahwa seorang Deddy Corbuzier akan menjadi seorang mentalis dunia, host dan youtuber ? sekolah tahu tidak jikalau Chris John nantinya akan menjadi petinju dunia ? apakah sekolah tahu kalau Ade Rai akan menjadi binagarawan yang luar biasa ? Noooo….

Sekolah tidak tahu menahu akan hal itu, padahal harusnya itu tugas sekolah untuk tahu dan mengembangkan talenta anak sejak dini, fungsi sekolah untuk MEMPERSIAPKAN, sekali lagi MEMPERSIAPKAN, bagaimana dia mempersiapkan kalau mereka sendiri tidak tahu akan jadi apa anak di masa depan, mirip apa perkembangan zaman di masa depan

Nah, alasannya sekolah tidak tahu, maka sekolah akan mengajarkan anda apa yang mereka tahu yaitu matematika, sejarah, geografi dan ilmu lain sebagainya

Mereka mempersiapkan kita akan hal-hal yang mereka bisa ajarkan, kenapa ? alasannya itu yang paling gampang untuk diajarkan. KUNCINYA adalah itu yang paling gampang untuk diajarkan

Yah itu memang gampang, lebih sulit kalau sekolah harus mempersiapkan 30 piano di sekolah, mempersiapkan perlengkapan masak untuk anak agar menjadi seorang chef,mempersiapkan kolam renang, alat menyelam, kanvas untuk melukis, tanah liat untuk mematung, dan semua kemudahan untuk menunjang kesuksesan siswa di masa depan

Akhirnya sekolah secara tidak eksklusif memberitahu kita bahwa hal-hal yang tidak diajarkan di sekolah tidak bisa dicapai dan tidak baik untuk masa depan

Ahhh… kamu tidak bisa sukses jikalau menjadi pesulap, masa depan kamu suram bila menjadi petinju, mau jadi apa kau bila kerjanya hanya membesarkan otot ? kamu mau jadi apa ? berguru masak ? aduuuuuh masa depannya tidak jelas. Mending kamu harus mencar ilmu ini, berguru itu ! jangan jadi binaragawan, masa depan bisa suram. Begitu kata mereka dulu atau mungkin juga sekarang

Tidak usah, hanya segelintir orang yang dapat sukses dengan cara seolah-olah itu, mending sekolah yang bener

Kenapa hanya sedikit orang yang sukses di bidang itu ???

Yah hanya sedikit, lantaran tidak diajarkan secara massal seolah-olah pelajaran sekolah, hanya sedikit orang yang berjuang sendirian, mempelajari hal di luar sekolah secara belajar sendiri.

Sekolah itu ketinggalan zaman…

Ingatkah anda pelajaran waktu SD ? jika lupa, bukalah buku pelajaran Sekolah Dasar ! liat muatan materinya, niscaya anda akan teringat kembali pelajaran-pelajaran itu

Materinya tidak banyak berubah bukan ? hanya di ubah sedikit-sedikit, metode dan model penyampaiannya divariasikan sedikit biar lebih menarik perhatian siswa, namun pakemnya tetap ibarat itu

Zaman telah banyak berubah, waktu anda sekolah mungkin belum ada komputer di daerah anda, android belum lahir, apalagi internet belum ada, yang ada hanyalah radio dan beberapa saluran TV nasional dan swasta di rumah anda

Dunia berlari, berubah, bermetamorfosa menjadi hal gres yang tak terduga sebelumnya selama beberapa tahun terakhir, namun apa yang diajarkan di sekolah hanya itu-itu saja sejak bapak anda sekolah hingga anda lulus sarjana

Tidak hanya ketinggalan, sekolah juga jauh dari realita kebutuhan hidup

Makanya Orang-orang seolah-olah Albert Einstein (teori relativitas), Thomas alfa Edison (penemu lampu), Mark Zuckenberg (facebook), Bill Gates (Bosnya Microsoft), adalah pola orang yang gagal di sekolah mereka

Orang ibarat mereka ingin mencoba hal gres yang tidak di ajarkan di sekolah, mereka ingin berbuat, dan jika salah, tidak ada yang memarahi bahkan sampai menghakimi mereka sebagai orang terbelakang

Baca Juga : 6 Hal penting yang justru tidak diajarkan di sekolah


6. Sekolah tidak menjamin anda sukses


Nothing guaranted, tidak ada jaminan sesudah lulus sekolah dengan nilai yang mentereng di ijazah maka otomatis anda sukses

Berikut Infografis ihwal data pengangguran dari validnews.id



Dari data di atas, hampir tidak ada yang signifikan mempengurangi tingkat pengangguran dengan pendidikan yang tinggi

Anda pasti tahu bahwa banyak sekali anak- anak yang jelek nilai sekolahnya atau tidak baik di sekolah tapi besarnya bisa sukses

Sedangkan anak-anak yang sukses di sekolah, saya tidak menyampaikan mereka tidak bisa sukses, tapi banyak sekali yang risikonya bekerja sebagai pegawai biasa

Mengapa hal itu terjadi ? alasannya masa depan tidak ditentukan oleh sekolah

Lihatlah beberapa perusahaan besar menerapkan pengalaman kerja menjadi syarat penerimaan pegawai dibanding hanya sebuah nilai di atas kertas

Perusahaan sebesar GOOGLE dan APPLE kini tidak mensyaratkan Ijazah pada rekrutmen karyawannya, apa yang dibutuhkan ? kemampuan bekerja keras, bekerja secara tim, skill, keterampilan untuk programming (keterampilan programming bisa dipelajari secara otodidak, melalui buku, internet dll)

Menurut penilitian yang dilakukan oleh UNESCO, pada tahun 2013 lulusan sarjana meningkat 400% di seluruh dunia dibanding pada tahun 2020. Itu berarti ada lonjakan 400% lulusan sekolah per tahunnya

Bayangkan di zaman sekarang, hampir semua orang mampu untuk bersekolah hingga sarjana. Lalu, apa spesialnya anda dibanding jutaan lulusan yang ada ? jikalau bukan mengandalkan hobi anda, keUNIKan yang kita miliki, kemampuan yang sesuai passion kita

Baca Juga : 8 Alasan mengapa kuliah tidak penting


7. Sekolah bukan lagi satu-satunya tempat menimba ilmu


Pada zaman dahulu memang sekolah yaitu tempat pendidikan modern, segala inovasi baru dalam ilmu pengetahuan hanya bisa didapatkan hanya melalui sekolah

Sekolah satu-satunya tempat mendapatkan ilmu, sekolah mempunyai semua ilmu pengetahuan itu untuk masa depan kita

Namun sekarang dengan segala perkembangan teknologi pada era revolusi industri 4.0, ada baaaanyyak sekali cara untuk mendapatkan pengetahuan.

Ada banyak tempat untuk berguru, pribadi praktik, pribadi memiliki keahlian, tanpa harus mempelajari hal-hal yang bahu-membahu belum kita butuhkan untuk masa depan

Yang lebih gila lagi sekolah-sekolah sekarang menjelma dalam bentuk hybrid learning , secara fisik tidak ada namun pembelajarannya faktual, diakses kapanpun, dimanapun, hingga bebas menentukan kelas sesuai passion yang kita miliki

Mungkin suatu ketika sekolah fisik dengan pola pendidikan usang perlahan-lahan akan hilang, tidak ada yang mustahil, melihat perkembangan zaman yang boleh dikata sudah “gila” melesat cepat

Penemuan demi penemuan, pembaruan, hingga munculnya istilah artificial intelligence atau kecerdasan buatan memungkinkan segala hal dapat tergantikan

Lihatlah para penjaga pintu tol banyak yang di rumahkan, profesi teller bank berkurang drastis beberapa tahun terakhir, karyawan perusahaan tekstil dan industry, semua profesi tanpa keahlian, keterampilan dan kreativitas akan digantikan oleh komputer atau robot


KESIMPULAN

KITA DICIPTAKAN UNIK oleh Sang Pencipta

Dan menurut saya sekolah menghilangkan keUNIKan tersebut, dituntut sama dengan jutaan lulusan dari sekolah

Akhirnya yang terjadi penumpukan lulusan sekolah tanpa pekerjaan, sebab banyaknya orang yang jago di bidang yang sama… sungguh mengerikan

Tulisan ini mungkin tidak pantas bagi mereka yang dikala ini sementara mengenyam pendidikan di kursi sekolah, namun kiprah kita adalah untuk mengedukasi sesama, memerdekakan cara berpikir, membuka wawasan biar lebih jauh melihat ke depan

Orang tua dibutuhkan merubah pola pikir bahwa kesuksesan dapat diraih dari hal-hal kecil yang merupakan hobi anak

Apabila ada orang bau tanah yang sempat membaca ini, dukung apa yang anak anda suka, dukung hobi mereka ! kalau ia suka memasak, berikan les memasak ! suka menggambar, kasi les menggambar ! suka menari, lesin menari ! suka nyetir kendaraan beroda empat, daripada ugal-ugalan di jalan mending lesin dengan benar, siapa tau bisa jadi pembalap terkenal. Tidak ada yang mustahil bukan ?

Bagi para guru, bahwa ini memang sulit lantaran ada capaian yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu, ada standar yang telah ditetapkan, ada kurikulum, ada RPP yang targetnya harus di kejar

Namun saya menyarankan biar tetap memperlihatkan perhatian khusus bagi bawah umur kita yang mempunyai keahlian di bidang tertentu, anak yang kelak menjadi asset dan penggagas ekonomi kreatif bangsa ini

Saya tidak berniat mempengaruhi siapapun untuk tidak bersekolah, lantaran sekolah bagi sebagian orang masih sangat penting. Namun saya mengharapkan kita mempelajari hal-hal yang tidak diajarkan di sekolah biar kesempatan dan peluang sukses kita makin luas

Kaprikornus rubah cara berpikir anda, jangan rubah sekolahnya, susah, tapi rubah pola pikir anda, rubah diri anda sekarang.

Tetap ke sekolah

Bagi yang sepakat maupun tidak, silakan berkomentar memperlihatkan masukan kepada penulis

Semoga artikel yang membahas 7 Alasan sekolah tidak penting lagi menjadi bahan renungan bagi kita bersama untuk memajukan pendidikan di Negara ini

Belum ada Komentar untuk "Terbaru - 7 Alasan Sekolah Tidak Penting Lagi"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel